Arsenik Dalam Beras


Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) menemukan adanya pencemaran arsenik dalam beras beserta produk turunannya. Cemaran arsenik ditemukan setelah melakukan pengujian terhadap 1.300 sampel produk beras di Negeri Paman Sam tersebut

FDA menegaskan, kadar arsenik dalam beberapa produk tersebut masih terlalu rendah untuk menimbulkan efek langsung  atau dampak negatif bagi kesehatan jangka pendek. Lembaga tersebut akan melakukan penelitian lebih lanjut menggunakan alat baru guna mengetahui lebih spesifik ragam jenis arsenik dalam makanan serta menganalisa dampak negatifnya untuk jangka panjang.

Seperti diketahui, arsenik merupakan senyawa pemicu kanker (karsinogen) pada manusia. Arsenik dapat ditemukan dalam bentuk organik dan inorganik. Keduanya digabung menjadi jumlah arsenik total.

Laporan FDA ini merupakan tindak lanjut dari permintaan Consumer Reports kepada pemerintah pada 2012 lalu untuk membatasi kandungan arsenik di dalam beras, menyusul hasil pemeriksaan terhadap 60 produk beras terpopuler di AS. Hasil temuan menunjukkan sebagian besar produk beras mengandung arsenik yang bersifat karsinogen.

Direktur keamanan dan kelestarian konsumen Consumer Reports, Urvashi Rangan menyambut baik langkah FDA menindaklanjuti laporan dari pihaknya. Ia mengimbau masyarakat tidak perlu berlebihan merespon laporan tersebut.
"Dengan temuan ini masyarakat perlu tahu jika masalah ini penting. Namun bukan berarti harus membuang semua beras dari dalam lemari mereka," kata Rangan.

Dalam laporannya, FDA mengatakan kadar arsenik inorganik (jenis paling beracun) pada beras beragam dengan angka rata-rata 2,6 sampai 7,2 mikrogram per porsi penyajian. Beras instan memiliki kandungan paling rendah, sementara jenis brown rice paling tinggi.  

Pada produk beras, kadar arsenik anorganik berkisar 0,1 sampai 6,6 mikrogram per porsi penyajian. Kandungan paling rendah ada di dalam makanan bayi, sedangkan tertinggi ada dalam pasta beras. 

Sementara pada brown rice, kandungan arsenik anorganik pada 99 sampel adalah 7,2 sampai 10 mikrogram. Sedangkan pada bentuk instannya mengandung 2,6 mikrogram arsenik inorganik.

FDA menolak untuk menyebutkan spesifik sampel atau merek yang diteliti. Alasannya, meskipun jumlah sampel cukup besar untuk meneliti arsenik dalam beras dan produk turunannya, tetapi jumlah sampel ini tidak cukup besar untuk mengevaluasi suatu produk secara lebih spesifik.

Untuk meminimalkan paparan arsenik anorganik, FDA merekomendasikan masyarakat untuk menerapkan pola makan yang baik dan seimbang untuk mencegah efek negatif dari terlalu sering menyantap satu jenis makanan. Masyarakat juga dapat  mengonsumsi jenis pangan lain sebagai variasi makanan selain beras.