Did You Know...?
""

Home » » Cestoda

Cestoda




CESTODA

Cacing dalam klas cestoidea disebut juga cacing pita karena bentuk tubuhnya yang panjang dan pipih menyerupai pita. Cacing ini tidak mempunyai saluran pencernaan ataupun pembuluh darah. Tubuhnya memanjang terbagi atas segmen-segmen yang disebut proglotida dan segmen ini bila sudah dewasa berisi alat reproduksi jantan dan betina.
Pada dasarnya morfologi cacing dewasa terdiri dari :
-Kepala/scolec, terdapat batil isap dan lejuj isap
-Leher, yaitu tempat untuk pertumbuhan badan
-Strobila, adalah merupakan badan yang terdiri dari segmen proglotida.
Yang penting dari klas cestoida ini ada dua ordo yang dilaporkan menginfeksi manusia ialah : - Pseudophylidea
- Cyclophylidea
Sedangkan yang menginfeksi manusia ada dua bentuk fase cacing yaitu, bentuk cacing dewa, bentuk larva ataupun keduanya.
1. Cacing dewasa (manusia sebagai hospes definitif)
- Diphylobotrium latum
- Taeniarinchus saginatus
- Taenia solium
- Dsb.
2. Larva (manusia sebagai hospes intermedier)
- T. solium
- Echinococcus granulosus
- E. moltulocularis
- Dsb.





Ordo: Pseudophylidea

Diphyllobotrium latum

Cacing pita ini sering ditemukan berparasit pada hewan carnivora pemakan ikan, terutama di Eropa Utara. Sering menginfeksi anjing, kucing, beruang dan pada orang. D. latum sering dilaporkan menginfeksi orang di daerah tertentu, bahkan hampir 100% di suatu lokasi orang terinfeksi oleh parasit ini. Orang yang terinfeksi banyak dijumpai didaerah Scandinavia, Baltic dan Rusia. Juga dilaporkan di Amerika Selatan, Irlandia dan Israil. Panjang cacing dapat mencapai 9 m dan mengeluarkan jutaan telur/hari. Tubuhnya panjang yang terdiri dari segmen-segmen disebut proglotida yang berisi testes dan folicel.

Daur hidup
Telur keluar melalui feses dan berkembang membentuk embrio yang akan berkembang dalam air. Telur berkembang menjadi coracidium dalam waktu 8 hari sampai beberapa minggu bergantung suhu lingkungan. Coraciudium keluar melalui operkulum telur dan coracidium yang berisilia berenang mncari hospes intermedier ke 1 dari jenis Copepoda krustacea termasuk genus Diaptomus. Segera setelah masuk kedalam usus krustasea tersebut, coracidium melepaskan silianya dan penetrasi melalui dinding usus dan masuk ke haemocel (sistem darah) krustasea menjadi parasit dengan memakan sari makana dalam tubuh krustasea tersebut. Selama sekitar 3 minggu coracidium berkembang dan bertambah panjang sampai sekitar 500 um dan disebut procercoid dan tidak berkembang lagi dalam tubuh krustasea tersebut. Bila krustasea dimakan ikan air tawar sebagai hospes intermedier ke 2, procercoid ada dalam usus ikan dan menembus melalui dinding intestinum masuk kedalam istem muskularis dan berparasit dengan memakan unsur nutrisi dari ikan tersebut dan procercoid berkembang menjadi plerocercoid. Plerocercoid berkembang dari beberapa mm menjadi beberapa cm. Plerocercoid akan terlihat pada daging ikan mentah yang berwarna putih dalam bentuk cyste. Bila daging ikan tersebut dimakan orang, cacing berkembang dengan cepat dan menjadi dewasa serta mulai memproduksi telur pada 7-14 hari kemudian.
Patologi
Kasus penyakit banyak dilaporkan di daerah yang orangnya suka mengkonsumsi ikan mentah. Kebanyakan kasus penyakit tidak memperlihatkan gejala yang nyata. Gejala umum yang sering ditemukan adalah gangguan sakit perut, diaree, nausea dan kelemahan. Pada kasus infeksi yang berat dapat menyebabkan anemia megaloblastic. Gejala ini sering dilaporkan pada penduduk di Finlandia. Di negara ini hampir seperempat dari populasi penduduk terinfeksi oleh D. latum dan sekitar 1000 orang menderita anemia perniciosa. Pada mulanya dikira bahwa cacing ini menyebarkan toksin penyebab anemia, tetapi setelah diteliti ternyata vitamin B12 yang masuk dalam usus diabsorbsi oleh cacing, sehingga pasien menderita defisiensi vitamin B12. Seorang peneliti melaporkan bahwa pasien yang diberi singel dosis vit. B12 40% yang dilabel dengan cobalt, ternyata disbsorbsi oleh D. latum sekitar 80-100% dari vit B12 yang diberikan. Gejala yang jelas terlihat adalah terjadinya anemia perniciosa (anemia yang disebabkan oleh gangguan absorpsi vitamin B12 dalam usus).
Diagnosis dan pengobatan
Dengan menemukan telur cacing atau progotida didalam feses, diagnosis dinyatakan positif. Obat yang diberikan ialah:
- aspidium oleoresin
- mepacrim
- diclorophen
- extract biji labu (Cucurbita spp)
- Niclosamide (Yomesan): pilihan obat yang diberikan dewasa ini, makanismenya adalah: menghambat reaksi pertuklaran fosfat inorganik – ATP, rekasi ini berhubungan dengan transport elektron secara anaerobik yang dilakukan oleh cacing.







Ordo: cyclophylidea

Taeniarinchus saginatus
Cacing pita ini adalah cacing pita yang paling sering ditemukan pada manusia dan ditemukan di semua negara yang orangnya mengkonsumsi daging sapi. Cacing ini panjangnya sekitar 3-5 m dan terdiri dari 2000 proglotida. Scolexnya mempunyai 4 batil isap yang dapat menghisap sangat kuat.
Daur hidup
Proglotida yang berisi penuh telur melepaskan diri dari tubuh cacing dan keluar melalui feses atau dapat keluar sendiri dari anus. Setiap segmen terlihat seperti cacing tersendiri dan dapat merayap secara aktif. Setiap segmrn /proglotida dapat dikelirukan sebagai cacing trematoda atau bahkan nematoda.
Bilamana segmen mulai mengering maka bagian dinding ventral robek dan telur keluar dari lubang robekan tersebut. Pada saat itu telur berembrio dan infektif dapat menginfeksi hospes intermedier dan bila tidak telur dapat bertahan berminggu-minggu. Hospes intermedier palimng utama adalah sapi, tetapi dapat pula pada kambing dan domba.
Bila telur termakan oleh sapi kemudian menetas dalam duodenum, yang dipengaruhi oleh asam lambung dan sekresi intestinum. Hexacant yang keluar dari telur langsung berpenetrasi kedalam mukosa dan masuk kedalam venula intestinum, terbawa oleh aliran darah keseluruh tubuh. Cacing muda tersebut biasanya meninggalkan kapiler masuk diantara sel muyskulus dan masuk dalam serabut otot (muscle fiber) dan berparasit di lokasi tersebut, kemudian menjadi cysticercus dalam waktu 2 bulan. Metacercaria ini berwarna putih seperti mutiara dengan ukuran diameter 10 mm yang berisi satu skolek invaginatif. Penyakit yang disebabkan oleh cacing ini pada sapi disebut Cysticercisis bovis.
Orang memakan daging sapi yang terinfeksi oleh cacing ini akan tertular bilamana daging sapi tersebut dimasak kurang matang/masih mentah. Cysticercus terdigesti oleh cairan empedu dan cacing mulai tumbuh dalam waktu 2012 minggu dan menjadi dewasa membentuk proglotida yang berisi telur.
Patologi
Penyakit yang disebabkan oleh infeksi T. saginata hampir sama dengan penyakit yang disebabkan oleh parasit cacing pita lainnya, kecuali gejala yang disebabkan oleh defisiensi vitamin B12 seperti yang disebabkan oleh infeksi D. latum tidak ditemukan. Intoksikasi yang disebabkan oleh absorpsi dari ekskreta cacing sering terjadi, dengan gejala sakit perut, nausea dan hipersensitif. Diaree dan obstruksi intestinal jarang dijumpai, tetapi gejala anoreksioa sering ditemukan.
Diagnosis dan pengobatan
Diagnosis tepat ditentukan bila dijumpai proglotid yang penuh telur atau skolek. Proglotid terciri dengan adanya cabang lateral disetiap masing-masing sisi yang m,empunyai cabang sekitar 15-20. Tetapi cabang tersebut biasanya sulit terlihat pada proglotid yang lama, sehingga diagnosis lebih akurat bila ditemukan proglotid yang masih baru.
Sejumlah obat telah digunakan untuk pengobatan cacing ini, tetapi obat yang sekarang banyak dipakai adalah Niklosamide.

Taenia solium
Adalah cacing pita babi yang paling berbahaya pad orang, karena kemungkinan terjadinya infeksi sendiri oleh cysticercus dapat terjadi. Cacing dewas panjangnya 1,8-3 m.
Daur hidup dan patologi
Daur hidupnya mirip dengan T. saginatus, tetapi hospes intermedier berbeda dimana T. saginatus. Pada sapi dan T. solium pada babi. Proglotid yang penuh telur keluar melalui feses, kemudian telur infektif keluar dimakan oleh babi. Telur menetas dalam tubuh babi dan telur dan membentuk Cysticercus celluloses, didalam daging (otot) atau organ lainnya. Orang akan mudah terinfeksi bila memakan daging babi yang kurang masak. Cysticercus berkembang menjadi cacing cacing muda yang langsung menempel pada dinding intestinum dan tumbuh menjadi dewasa dalam waktu 5-12 minggu. Dimana cacing ini dapat bertahan hidup sampai 25 tahun.
Cysticercosis:
Tidak seperti spesies cacing pita lainnya, T. solium dapat berkembang dalam bentuk cysticercus pada orang. Infeksi terjadi bila telur berembrio tertelan masuk kedalam lambung dan usus, kemudian cacing berkembang menjadi cysticercus di dalam otot. Cysticerci sering ditemukan dalam jaringan subcutaneus, mata, otak, otot, jantung, hati dan paru. Kapsul fibrosa mengelilingi metacestoda ini, kecuali bila cacing berkembang dalam kantong mata. Pengaruh cysticercus terhadap tubuh bergantung pada lokasi cysticercus tinggal. Bila berlokasi di jaringan otot, kulit atau hati, gejala tidak begitu terlihat, kecuali pada infeksi yang berat. Bila berlokasi di mata dapat menyebabkan kerusakan retina, iris, uvea atau choroid. Perkembangan cysticercus dalam retina dapat dikelirukan dengan tumor, sehingga kadang terjadi kesalahan pengobatan dengan mengambil bola mata. Pengambilan cysticercus dengan operasi biasanya berhasil dilakukan.
Cysticerci jarang ditemukan pada syaraf tulang belakang (spinal cord), tetapi sering ditemukan pada otak. Terjadinya nekrosis karena tekanan dapat menyebabkan gangguan sistem saraf yaitu tidak berfungsinya saraf tersebut. Gangguan tersebut ialah: terjadi kebutaan, paralysis, gangguan keseimbangan, hydrocephalus karena obstruksi atau terjadi disorientasi. Kemungkinan terjadinya epilepsi dapat terjadi. Penyakit dapat dicurigai sebagai epilepsi peyebab cysticercosis bila penderita bukan keturunan penderita epilepsi.
Bilamana cysticercus mati dalam jaringan, akan menimbulkan reaksi radang, hal tersebut dapat mengakibatkan fatal pada hospes, terutama bila cacing berada dalam otak. Reaksi seluler lain dapat dpat terjadi yaitu dengan adanya kalsifikasi. Bila ini terjadi pada mata pengobatan dengan operasi akan sulit dilakukan.
Pengobatan dan pencegahan
Pencegahan infeksi cacing ini lebih utama yaitu mencegah kontaminasi air minum, makanan dari feses yang tercemar. Sayuran yang biasanya dimakan mentah harus dicuci berish dan hindarkan terkontaminasi terhadap telur cacing ini.
Pengobatan susah dilakukan, kecuali operasi dengan pengambilan cyste.

Echinococcus granulosus
Cacing ini termasuk cacing yang kecil dari famili Taeniidae. Cacing muda dapat menginfeksi manusia yang menyebabkan hydatidosis, yang merupakan penyakit yang serius pada orang. E. granulosus menggunakan hewan karnivora sebagao hospes definitif, sedangkan mamalia lain sebagai hospes intermedier. Jenis herbivora dapat terinfeksi karena memakan rumput yang tercemar telur cacing.
Daur hidup
Cacing dewasa hidup dalam usus halus hospes definitif, panjangnya sekitar 3-6 mm yang terdiri dari skolex, leher yang pendek dan 3 segmen proglotida. Segmen yang telah masak melepaskan diri dan mengeluarkan telur yang infektif. Bila telur tertelan hospes intermedier akan berkembang menjadi “uniceluler hydatid”. Dalam waktu 5 bulan hydatid berkembang dan lapisan bagian dalamnya memproduksi protoscolic yang infektif terhadap hospes definitif. Cysta yang kecil disebut “brood capsules” berisi 10-30 protoscolic, yang biasanya menempel pada lapisan germinal. Bila hydatid termakan oleh carnivora, dinding cysta terdigesti dalam saluran pencernaan dan protoscolic akan terbebaskan dan menempel pada vili intestinum, kemudian protoscolic berkembang dan menjadi dewasa dalam waktu 56 hari dan cacing dewasa tersebut dapat tahan hidup sampai 5-6 bulan.
Patologi
Patologi yang terjadi bergantung pada lokasi cyste berparasit. Bilamana ukuran hydatid membesar akan mendesak jaringan yang ditempatu sehingga fungsi jaringan terganggu. Bila hydatid tumbuh dalam sumsum tulang maka parasit tersebut tidak dapat membesar karena terbatasi oleh tulang. Tetapi bila terjadi infeksi kronis, maka akan menyebabkan nekrosis tulang, sehingga tulang menjadi tipis dan mudah patah.
Bila hydatid tumbuh pada lokasi yang tidak terbatas, maka cyste akan bertambah besar dan berisi cairan dan mengandung jutaan protoscolic dan dapat menimbulkan kematian mendadak bila cyste tersebut pecah. Cairan hydatid berupa protein yang akan dapat merangsang terjadinya shock anapylaktic.
Diagnosis dan pengobatan
Dengan sinar rontgen akan terlihat cysta hydatid. Tes intradermal dapat dilakukan bila ada kasus yang dicurigai. Tes lain seperti CFT, haem aglutinasi, latex aglutination tes dan sebagainya dapat dilakukan walaupun tidak 100% akurat.
Pengobatan satu-satunya ialah dengan operasi pengambilan cysta hydatid pada lokasi yang mudah dicapai. Tetapi pemakain mebendazol cukup baik karena dapat meregresi E. granulosus dan E. multilocularis pada orang.

Echinococcus multilocularis

Penyakit ini banyak dilaporkan di Eropa, Asia dan Amerika Utara. Kasus infeksi pada orang dilaporkan di beberapa negara bagian Amerika Serikat, Amerika Selatan dan New Zealand. Cacing dewasa sangat mirip dengan E. granulosus, tetapi ukurannya lebih kecil, panjangnya hanya 1,2-3,7 mm.
Daur hidup dan patologi
Daur hidup hampir sama dengan E. granulosus, tetapi kantong cyste hanya sedikit memproduksi protoscolic. Cystanya lebih teratur dan bila pecah dapat menyebar menyebabkan metastasis ke bagian lain dari tubuh. Konstruksi cystenya yang berbeda dengan E. granulosus sehingga disebut alveoler atau multilocular hydatid.
Orang bukanlah merupakan hospes definitif yang cocok, orang dapat tertular karena kebiasaan mereka berhubungan dengan anjing liar yang memakan tikus liar.
Diagnosis dan pencegahan
Diagnosis sangat sulit dilakukan. Terutama karena protoscolic sering tidak ditemukan.
Pencegahan terutama adalah menghindarkan berhubungan dengan anjing di daerah endemik.





Vampirolepsis nana

Parasit ini merupakan cacing pita yang cosmopolitan dan sering dijumpai pada manusia, terutama anak-anak dengan rata-rata infeksi sekitar 1-9% di Amerika Serikat dan Argentina. Cacing berukuran 40 mm, lebat 1 mm.
Daur hidup
Proglotida yang telah matang dan berisi telur melepaskan diri kemudian mengeluarkan telur infektif. Hospes intermediernya tidak tertentu, karena dapat menu;ar ke orang maupun tikus. Telur yang termakan akan menetas dalam duodenum dan mengeluarkan onchosfer yang penetrasi masuk kedalam mukosa dan tinggal di saluran limfe didaerah vili. Di lokasi tersebut cacing berkembang menjadi cysticercoid. Dalam waktu 5-6 hari cuysticercoid masuk kedalam lumen usus halus dan melekat di lokasi tersebut dan berkembang menjadi dewasa.
Patologi dan pengobatan
Perubahan patologi jarang ditemukan oleh infeksi cacing ini, kecuali pada infeksi berat yang jarang dijumpai. Infeksi berat dapat terjadi pada kasus autoinfeksi dengan gejala mirip dengan intoksikasi T. saginatus.
Pengobatan dengan Niclosamid terlihat lebih efisien, tetapi harus diulang 1 bulan kemudian untuk membunuh cacing yang berkembang di dalam vili pada saat obet pertama diberikan. Obat seperti praziquantel juga dapat membunuh cacing V. nana dan H. diminuta dengan cepat.

Haemenolepis diminuta

Cacing ini juga merupakan cacing cosmoploitan yang terutama berparasit pada tikus rumah, tetapi banyak kasus dilaporkan menginfeksi pada orang. Ukuran lebih besar daripada V. nana, yaitu sampai 90 cm. Sebagai hospes intermedier adalah beberapa spesies arthropoda, misalnya jenis kumbang (Tribolium spp) adalah hospes intermedier yang sangat berperan terhadap infeksi pada tikus dan manusia.
Daur hidup, pengobatan dan patologi mirip dengan V. nana.
Share this article :