Did You Know...?
""

Home » » Penyebab Wabah E.Coli di Eropa

Penyebab Wabah E.Coli di Eropa

Pada tahun 2011, di Eropa telah terjadi wabah Entero Hemoragic E.Coli (EHEC) yang telah menimbulkan infeksi terhadap ratusan orang dan menelan puluhan korban jiwa. Jerman menemukan 520 kasus "Haemolytic Uraemic Syndrome" atau HUS dengan 11 kematian dan 1.213 kasus "Enterohaemorrhagic Escherichia coli" atau EHEC yang mengakibatkkan enam orang di antaranya meninggal dunia. Selain Jerman, ada 11 negara lain yang menemukan dua kasus penyakit itu yakni Austria (2 kasus EHEC), Republik Czech (1 kasus EHEC), Denmark (7 kasus HUS dan 10 kasus EHEC)), Prancis (6 kasus EHEC), Belanda (4 kasus HUS dan 4 kasus EHEC), Norwegia (1 kasus EHEC), Spanyol (1 kasus HUS), Swedia (15 kasus HUS dan 28 kasus EHEC), Swiss ( 2 kasus EHEC), Inggris (3 kasus HUS dan 4 kasus EHEC) dan Amerika Serikat (2 kasus HUS).
Menurut sebagian pengamat, awalnya, bakteri E. coli diduga berasal dari tanaman ketimun yang ditanam di wilayah Spanyol. Namun, pada hari Senin (6/6) kemarin diduga bakteri E. coli yang mewabah berasal dari tanaman tauge yang berasal dari perkebunan organik di Jerman. Kemudian didapat dari Press Association, dikabarkan bahwa tanaman tauge dari perkebunan organik di Jerman bukanlah penyebab wabah E. coli di Eropa. Dari sample yang ada, 23 dari 40 sample yang ada menunjukan hasil yang negatif. dan yang masih hangat adalah tudingan Uni Eropa yang menyatakan bahwa bakteri akibat biji fenugreek yang diimpor dari Mesir. Jadi mana yang benar?Mari kita simak penjelasan berikut:


Bakteri E.coli dapat ditemukan pada usus manusia dan binatang berdarah panas. Serangan bakteri  Escherichia coli atau E.coli diwaspadai sebagai strain terbaru E.coli, karena efek penyakit yang disertai perdarahan serius dan dapat menyebabkan kematian penderita. Demikian pula, bakteri ini kebal terhadap antibiotik. Penyebaran, penyakit ini diketahui, merupakan akibat kontaminasi makanan, air minum, susu, sayuran, serta pencemaran lingkungan, yang berasal dari kotoran, liur, atau tinja penderita penyakit diare ini, baik langsung dari penderita atau merupakan vektor dari binatang mengerat misalnya tikus.
Beberapa, seperti E. Coli tipe O157:H7, dapat mengakibatkan keracunan makanan yang serius pada manusia.

Domain: Bacteria
Phylum: Proteobacteria
Class: Gammaproteobacteria
Ordo: Enterobacteriales
Family: Enterobacteriaceae
Genus: Escherichia
Species: E. coli

Menurut sejarahnya, infeksi E.Coli telah menyerang dunia dan mewabah sejak tahun 1882 yang menelan ribuan korban jiwa di Amerika, kemudian menyebar ke Jepang dan Eropa. Selanjutnya 100 tahun kemudian, tepatnya tahun 1975 ditemukan strain baru yang berdasarkan uji isolasi antigen, dimana E.Coli ini kebal terhadap antibiotik, dan tahun 2011 ini berawal dari Eropa, penyakit ini kembali mewabah. Selama wabah yang mulai minggu kedua bulan Mei di utara Jerman, lebih dari 2300 orang telah terinfeksi pada 7 Juni, dan lebih dari 600 jiwa mengalami Haemolytic Uraemic Syndrome, yaitu suatu perdarahan yang menimbulakan kelebihan urea didalam darah, dan tentunya bisa menyebabkan penurunan kesadaran, serta 123 jiwa diantaranya telah meninggal dunia.


 Gejala klinis penderita Haemolytic Uraemic Syndrome
Gejala infeksi bakteri E.Coli antara lain berupa sakit perut seperti kram disertai diarrhea, yang pada sebagian kasus dapat mengeluarkan darah (haemorrhagic colitis). Gejala lain yang sering menyertainya adalah demam serta mual-muntah, kemudian infeksi bisa berlanjut sebagai suatu perdarahan atau Haemolytic Uraemic Syndrome (HUS). Jika telah terjadi perdarahan, akan memperlihatkan gejala yang serius, berupa gagal ginjal akut yang disertai kerusakan pada sel-sel darah merah, gangguan saraf, stroke dan koma. Diperkirakan sekitar 10 persen dari pasien yang terinfeksi EHEC akan berlanjut ke keracunan uraemic didalam darahnya (HUS), dengan tingkat kematian sebesar 3-5 persen.Diagnosa pasti penyakit ini didasarkan pada pemeriksaan kultur tinja. Pada pemeriksaan tersebut ditemukan bakteri dengan strain terbaru berupa E. Coli, dan pemeriksaan lanjut untuk memperkuat diagnosa dapat digunakan PCR untuk analisa DNA, serta dapat menggunakan teknik fluoresensi untuk mendeteksi perkembangan antigen dari bakteri tersebut.


Meskipun E. coli merupakan bagian alami dari flora usus manusia dan biasanya tidak pathogen (tidak menimbulkan penyakit), namun strain terbaru dari E. Coli ini digolongkan bersama sebagai EHEC (Entero Hemoragic E.Coli) yang menghasilkan racun atau toksin Shiga. Toksin Shiga ini berbahaya karena dapat memasuki sel-sel lapisan usus dan menghambat sintesis atau produksi protein. Selanjutnya, penghancuran sel-sel usus oleh bakteri ini akan menyebabkan kram perut dan diare yang disertai perdarahan. Dalam beberapa kasus, racun juga dapat menyebabkan kerusakan ginjal, dan memicu sindrom keracunan asam uremik dan akhirnya bisa berakibat kematian pada penderita. Sehingga bakteri E.Coli menjadi berbahaya bagi manusia ketika bakteri ini terkontaminasi oleh racun Shiga-toksin yang memproduksi bakteriofag. Infeksi bakteri sering berasal dari makanan yang terkontaminasi. Bakteriofag itu pula yang menyebabkan bakteri ini kebal terhadap antibotik.
Bagi masyarakat umum, tindakan pencegahan adalah pilihan terbaik, sebelum penyakit ini mewabah dibumi Indonesia. Berdasarkan rekomendasi World Health Organization (WHO) sebagai langkah pencegahan Entero Hemoragic E.Coli (EHEC) dan Haemolytic Uraemic Syndrome (HUS), adalah sebagai berikut: Melaksanakan pola hidup bersih sehat, dengan selalu mencuci tangan setelah menggunakan toilet dan sebelum memegang makanan. Pengamatan terhadap kasus diare berdarah yang disertai sakit perut, yang kasus itu ada riwayat perjalanan/atau kontak dengan orang penderita penyakit ini. Jika ditemukan kasus seperti ini harus segera berobat kesarana kesehatan terdekat. Mencermati setiap kasus dengan gejala diarrhea terutama yang disertai dengan gejala perdarahan untuk segera dilakukan tindakan pengobatan dan perawatan.
Selanjutnya WHO merekomendasikan “WHO 5 key to safer food” -lima kunci untuk penanganan makanan yang aman sebagai cara mengelola makanan dengan baik untuk menghindari infeksi saluran cerna termasuk EHEC ini, yaitu sebagai berikut: a). Menjaga kebersihan bahan makanan, b). Memisahkan makanan mentah dengan makanan matang, c). Memasak hingga benar-benar matang, d). Menyimpan makanan pada suhu yang aman, e). Mencuci bahan baku makanan dengan air bersih.
Dan terakhir, saran pada pemerintah Indonesia, khususnya Kementerian Kesehatan bekerja sama dengan bagian Imigrasi di bandara atau pelabuhan, untuk melakukan deteksi dini terhadap semua penumpang yang masuk ke daerah Indonesia agar di check kesehatannya, sehingga penyebaran penyakit ini tidak sampai mewabah di bumi Indonesia.


 Penatalaksanaan penderita diarrhea di Rumah Sakit
Jika ada diantara keluarga yang menderita penyakit dengan gejala yang mirip penyakit diatas, segera dibawa ke Rumah Sakit terdekat, untuk dilakukan tindakan medis, berupa pemberian cairan intravenous (Infus), serta pemberian spesifik antibiotik oleh dokter, dilanjutkan dengan pencegahan perdarahan, dan berbagai tindakan darurat lainnya.
Share this article :