Did You Know...?
""

Home » » Mahasiswa Temukan Teknologi Biochar

Mahasiswa Temukan Teknologi Biochar


Seorang mahasiswa Program Doktoral Ilmu Pertanian Universitas Brawijaya (UB) Malang, Jawa Timur, DR Sukartono, berhasil menemukan teknologi Biochar. Pemanfaatan teknologi tersebut untuk membenahi persoalan kesuburan tanah di lahan kering berpasir. Temuan itu sudah diterapkan di lahan kering berpasir seluas 38.000 hektar di Kabupaten Lombok Utara. Menurut Sukartono, lahan kering dengan tipe tanah berpasir, memiliki faktor pembatas pertumbuhan tanaman. Selain menyebabkan tanaman tidak tumbuh subur karena kekurangan air, tanah kering juga sangat rentan terhadap kekurangan unsur hara atau kandungan yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah kecil sepert Besi (Fe), Mangaan (Mn), atau dalam jumlah makro, seperti Nitrogen (N). "Dengan ditemukannya Biochar, lahan kering berpasir (dry land sandy soils) bisa menjadi lahan potensial untuk menanam berbagai macam tanaman bernilai ekonomis".
Dengan menggunakan Biochar, sebuah bahan arang pembenah tanah, kesuburan tanah pada lahan kering dan berpasir bisa diperbaiki dan bisa menyuburkan untuk tanaman yang akan ditanam nantinya. "Biochar lebih efektif digunakan, karena aplikasi Biochar mampu meningkatkan kandungan c-organik tanah khususnya pada lapisan 0-10cm. Disamping itu, aplikasi pada biochar lebih efektif digunakan karena pelapukan atau dekomposisinya sangat lambat dan bertahan lama dibandingkan dengan bahan organik segar seperti kompos dan pupuk kandang," jelasnya. Biochar, beber Sukartono, merupakan bahan arang yang dibuat dari limbah pertanian organik, yang bisa berasal dari sisa-sisa penebangan kayu, tempurung kelapa, dan kotoran sapi. "Biochar dapat mempertahankan ketersediaan unsur hara dalam jangka waktu yang lebih lama," katanya. Kelebihan menggunakan Biochar, jika pada pemupukan biasa, ketika tanah terkena air hujan, akan mudah terkikis. Namun kalau pakai Biochar tidak akan mudah terkikis. "Karena karena ada muatan negatif sehingga bisa mengikat unsur hara yang bermuatan positif," jelasnya.
Lebih rinci Sukartono menjelaskan, pembuatan Biochar terdiri dari bahan kulit kelapa atau batok kelapa yang sudah kering. Lalu, dibakar di dalam sebuah lubang dengan menggunakan pemanasan auto thermal."Batok atau kulit kelapa kemudian dipanaskan selama delapan jam, di dalam lubang berukuran 1 meter kali 1,5 meter kali 1 meter," katanya. Setelah pembakaran akan dihasilkan material berwarna hitam yang terbentuk. "Setelah itu, material berwarna hitam itu didinginkan dengan cara dibungkus daun pisang selama 12 jam untuk mendapatkan arang," katanya. Tahap ketiga, setelah proses pendinginan dilakukan, akan dihasilkan butiran-butiran partikel berukuran 1 mm, yang sudah disaring. Butiran-butiran tersebut yang menjadi Biochar, atau yang akan digunakan sebagai bahan penyubur tanah berpasir. Dari hasil temuan penelitian kata Sukartono menuimpulkan, memberikan konfirmasi bahwa Biochar dan pupuk kandang merupakan pembenah organik yang bernilai untuk membenahi kesuburan tanah dan untuk produktivitas tanaman.
Share this article :